DETEKSI.co – Medan, Realisasi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara menunjukkan perbaikan yang berlanjut didukung oleh akselerasi vaksinasi dan stimulus kebijakan.
Kuatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS), kawasan Eropa, dan Tiongkok diprakirakan dapat menopang prospek perekonomian global. Hal ini dikonfirmasi oleh kinerja indikator dini pada Juli 2021 seperti Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur, keyakinan konsumen, dan penjualan eceran di negara-negara tersebut yang tetap kuat.
Hal itu dikatakan Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Sumut, Soekowardojo dalam bincang-bincang bareng media (BBM) via zoom, mengenai perkembangan ekonomis Sumut saat ini, Selasa (24/8) sekira pukul 14.00 WIB.
Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi global 2021 diprakirakan sesuai dengan proyeksi sebelumnya sekitar 5,8%.
Sementara perbaikan ekonomi di negara dengan tingkat vaksinasi yang masih terbatas, seperti kawasan ASEAN diprakirakan tertahan. Namun demikian, kinerja ekspor negara berkembang diduga masih kuat didukung meningkatnya volume perdagangan dan harga komoditas dunia.
Kemudian, realisasi PDB pada triwulan II 2021 tercatat 7,07% (yoy), meningkat tajam dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,71% (yoy). Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kinerja positif seluruh lapangan usaha (LU) dan peningkatan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah.
Meski demikian, masih kata Soekowardojo pada triwulan III 2021 diprakirakan sedikit tertahan dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh Pemerintah untuk mengatasi kenaikan kasus varian delta Covid-19. Namun, perkembangan hingga awal Agustus 2021 mengindikasikan aktivitas ekonomi yang mulai membaik.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi Sumut mengalami fase bounce back di triwulan II 2021, didukung faktor base effect dan perkembangan indikator terkini. Dari sisi pengeluaran, ekspor tercatat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, didorong oleh akselerasi indeks PMI global, pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang, serta kenaikan harga komoditas makanan dan CPO di pasar internasional.
Dari sisi lapangan usaha, seluruh komponen utama mengalami perbaikan dengan pertumbuhan tertinggi berasal dari LU perdagangan yang dipengaruhi oleh HBKN Idul Fitri. LU Pertanian juga mengalami peningkatan di tengah melimpahnya produksi perkebunan yang diiringi dengan kenaikan harga komoditas.
Secara bulanan, gabungan 5 kota IHK di Sumatera Utara pada Juni tercatat inflasi 0,29% (mtm), meningkat dari periode sebelumnya 0,03% (mtm). Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional sebesar 0,08% (mtm) atau Sumatera 0,15% (mtm). Peningkatan laju inflasi terutama disebabkan apresiasi harga aneka cabai dipengaruhi telah berakhirnya panen raya di sentra produksi dalam provinsi (Kabupaten Batu Bara) dan provinsi sekitar (Provinsi Aceh).
“Ditengah distribusi pasokan yang sedikit terhambat menyusul penerapan PPKM Level 4 di Kota Medan. Di sisi lain harga daging ayam ras mengalami normalisasi (penurunan) setelah sebelumnya naik akibat tingginya harga pakan. Selain itu peningkatan produksi di sentra Kabupaten Deli Serdang dan penurunan permintaan dari sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe) juga turut mendorong depresiasi harga daging ayam lebih rendah,” tuturnya.
Selain itu, penurunan harga terjadi pada beberapa komoditas pangan strategis pada 23 Agustus 2021. Harga Aneka Cabai dan Bawang Merah terpantau menurun. Pasokan yang masuk dari luar daerah yaitu Aceh dan Jawa menjadi penyebab turunnya harga tiga komoditas tersebut. Sementara harga ketujuh pangan strategis lainnya terpantau stabil.
“Secara umum tingkat harga pangan masih berada dalam batas yang wajar. Stabilitas harga ini juga diperkuat dengan hasil survey aliran pasokan Bank Indonesia yang menunjukan aliran pasokan pada pedagang besar di Kota Medan masih relatif stabil serta kecukupan stock di gudang bulog untuk komoditas beras, minyak goreng, dan gula pasir,” ungkapnya.
Orang nomor satu di BI Sumut ini menjelaskan, secara umum, inflasi Sumatera Utara tahun 2021 diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun 2020. Tren kenaikan ini telah mulai terlihat dalam 3 bulan terakhir, realisasi inflasi Sumut tahun 2021 diproyeksikan masih berada pada rentang sasaran nasional 3 ±1%, dengan potensi bias bawah.
Mengenai pembatasan kegiatan yang diterapkan sejak tanggal 3 Juli 2021 di sejumlah daerah berjalan efektif, tercermin dari mobilitas masyarakat yang tertahan. Namun hasil SK dan SPE menunjukkan bahwa PPKM turut berpotensi memperlambat akselerasi pertumbuhan utamanya konsumsi rumah tangga. Pelaku usaha dari hasil Liaison mengonfirmasi adanya penurunan permintaan domestik dan harga jual memasuki triwulan III 2021. Di sisi lain terdapat angin segar dari eksternal, di mana kinerja ekspor terus menguat, ditopang apresiasi harga komoditas dan perbaikan PMI mitra dagang.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2020 mengalami kontraksi yang cukup dalam -1,07% (yoy). Dengan adanya rebound ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2021, diproyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2021 akan terus terakselerasi.
“Pada keseluruhan tahun 2021, ekonomi Sumut diprakirakan akan terakselerasi dengan potensi bias bawah, sejalan dengan pelaksanaan kebijakan PPKM Level 4,” tandasnya.
Pertumbuhan Ekonomi 2021 diproyeksikan terakselerasi dengan potensi bias bawah. Angka di dalam kurung komponen menandakan besar pangsa terhadap PDRB Sumut sisi Lapangan Usaha Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Pertanian (21,82%).
Produksi perkebunan meningkat hasil replanting tahun 2012. Kepmen Pertanian No.833/KPTS/SR.020/M/12/2019 mendukung peningkatan kebun kelapa sawit Industri Pengolahan (19,54%), Optimisme perbaikan kinerja secara keseluruhan sebagai efek positif dari vaksinasi dan adaptasi kebiasaan baru
Perdagangan Besar & Eceran (19,01%), sertifikasi CHSE dan vaksinasi menjadi sumber utama pemulihan aktivitas konsumsi dan mobilitas masyarakat Konstruksi (13,31%), dan berlanjutnya proyek PSN dan infrastruktur daerah
Sisi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (51,44%). (Van)