Ini Jadi Pelajaran dari Kecelakaan Maut, Pajero Bukan buat Kebut-kebutan di Tol!

Kondisi Pajero ringsek usai kecelakaan di Tol Palindra. (Foto: Dok. PJR Tol Palindra Ditlantas Polda Sumsel)
Kondisi Pajero ringsek usai kecelakaan di Tol Palindra. (Foto: Dok. PJR Tol Palindra Ditlantas Polda Sumsel)

DETEKSI.co-Jakarta, Sebuah mobil Pajero Sport berkelir putih mengalami kecelakaan di ruas Tol Palembang-Indralaya (Palindra) di Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan. Sopir Pajero Sport itu tewas.

Dilaporkan detikSumbagsel, sopir Pajero yang ditaksir berusia 31 tahun itu tewas usai terpental dan terkapar di badan jalan. Mobil itu juga tampak ringsek dengan posisi menabrak pembatas jalan.

“Kejadian sekitar pukul 15.00 WIB. Mobil itu melaju dari arah Palembang ke arah Indralaya. Mobil itu tidak berpenumpang cuma sopir itu sendirian,” kata Kanit PJR Ditlantas Polda Sumsel ruas Tol Palindra, Iptu Rudi Suwarman.

Mobil tersebut diduga tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba mobil mengalami pecah ban belakang. Akhirnya sopir hilang kendali dan mobil tersebut menabrak pembatasan jalan bagian kanan.

“Diduga mobil itu ngebut dan pecah ban bagian belakang kemudian hilang kendali dan menabrak median masih yang berada di tengah jalan (sisi kanan pengendara),” jelasnya.

Pelajaran penting dari kecelakaan maut ini, bahwa setiap kendaraan harus mematuhi batas kecepatan maksimal di jalan tol. Perlu dicatat, batas kecepatan maksimal di jalan tol adalah 100 km/jam untuk tol luar kota dan 80 km/jam untuk tol di dalam kota.

Selain itu, SUV juga bukan buat kebut-kebutan di jalan tol. Sebuah SUV seperti Pajero Sport dan Fortuner dengan ground clearance tinggi jika dipacu dengan kecepatan tinggi bisa mengalami gangguan kestabilan.

“Secara dimensi, semakin tinggi kendaraan (ditambah kecepatan tinggi) semakin labil kendaraan tersebut. Kecepatan semakin tinggi laju kendaraan, maka semakin rentan dia hilang kendali. Karena pusat berat tinggi maka membuat benda-benda itu rentan dengan kestabilan,” kata pakar keselamatan berkendara sekaligus instruktur dan founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu kepada detikOto.

Menurut Jusri, bukan jenis mobilnya yang menyebabkan kecelakaan, tapi pengemudinya yang menentukan. Artinya, kalau pengemudinya bisa mengendarai mobil sesuai kondisi mobilnya, maka risiko kecelakaan bisa diminimalisir.

“Kalau kita mau mengemudi maka mengemudilah sesuai kondisi. Kondisi apa? Kondisi kendaraan, kondisi manusianya, kondisi cuaca, lingkungan. Begitu kondisinya nggak ideal ya sesuaikan cara mengemudi kita,” ujarnya.

“Kalau kita mengendarai sesuai dengan aturan yang ada, sesuai dengan kondisi yang ada (manusia, kendaraan, lingkungan, cuaca), maka kecelakaan (bisa saja diminimalisir). Kembali lagi, the man behind the steering wheel adalah kata kunci dari keselamatan sebuah perjalanan. Jadi bukan kendaraannya,” sebutnya.

Meski mobil SUV bukan buat ngebut melebihi batas kecepatan di jalan tol, bukan berarti jenis mobil tersebut tidak bisa melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil-mobil itu bisa saja diajak ngebut, tapi di tempat yang tepat. “Kita lihat Pajero merajai (balap reli) Paris Dakar,” ucap Jusri.

Pelajaran penting lainnya, saat berkendara kita wajib mengenakan sabuk keselamatan atau safety belt. Dengan begitu, kita sebagai pengendara bisa meminimalisir dampak fatal jika terjadi kecelakaan. (rgr/mhg)

Sumber, detik.com