Gandi Parapat: Sejauh Mata Memandang Siang dan Malam

DETEKSI.co-Medan, Tokoh pengamat Politik asal Sumatera Utara Gandi Parapat menyampaikan bahwa dirinya sebagai orang kristen dan mantan pengurus GAMKI, dengan penuh sukacita menghadiri pemberkatan anak tulangnya bernama Swandi Simorangkir, pengantin Dr Alpin Silaen dengan Enda Simorangkir di HKBP Pabrik Tenun.

Kendati saat ini sedang ramai dibicarakan orang karena penempatan ibu pendeta Rumondang br Sitorus yang kabarnya buruk ditempat sebelum ditempatkan ke Pabrik Tenun. Kabar buruk itu menjadi penilaian tersendiri.

” sejauh mata memandang siang dan malam artinya penghakiman atau apapun bentuknya itu hanya milik sang Pencipta, bayangkan saya tidak ada rencana untuk ke temu karena berita – berita buruk, akan tetapi karena pemberkatan anak Tulang saya seperti terpaksa untuk ke temu, mendengar khotbah dan bahasa tubuh ibu Pendeta ada suara hati saya untuk salaman dan berphoto, sebut Gandi Sabtu (4/6/2022).

Masih kata Gandi dikenal dengan sebutan Pengamat Politik Sumut, ” Saya tidak menyatakan benar atau salah penilaian kita terhadap ibu pendeta itu yang ditempatkan oleh Ephorus HKBP dan saya tidak berkapasitas menilai benar salah. Saya yakin semua Pendeta HKBP pasti taat kepada Ephorus termasuk pendeta Rumondang Sitorus, dan para jemaat pasti ada yang senang atau tidak senang kepada para pendeta,”ucap Gandi.

Pertemuan saya dengan ibu pendeta Rumondang Sitorus hampir mirip dengan pertemuan pertama saya dengan Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang sempat ikut saya mencap sebelumnya Dahlan Iskan penjahat besar, tapi karena suara kata hati saya menyatakan Dahlan Iskan itu orang baik. Saya teringat kepada bapak JR Hutauruk mantan Ephorus HKBP seminggu yang lewat mendoakan kami dan mendoakan seluruh warga HKBP termasuk P. Tenun agar damai, Jujur saya juga berdoa sepulang dari gereja HKBP Pabrik Tenun meminta agar ada kedamaian bagi semua jemaat.

Sudah berlalu, Saya teringat ketika sahabat saya Menteri Kehutanan, datang perwakilan Suku Kalimantan marah marah, “Pemerintah/pak Menteri tidak bisa ambil tanah kami, itu penanggalan leluhur kami”, dengan tenang menteri menjawab, Ya batasnya/luasnya darimana dan sampai kemana “Sejauh mata memandang luas tanah kami”, Menteri ya apa memandangnya pada malam hari atau siang/terang, Kepala Suku atau Raja Adat tesebut tertawa seakan habis jurus, dan meminta buatlah tanah kami, baru mau memakan dan minum yang disediakan serta meminta berphoto sebagai kenangan bersahabat.(Red)