Ketua DPRD Kota Medan Hadiri Festival Moon Cake Bersama WALUBI Sumut

DETEKSI.co – Medan, Ketua DPRD Kota Medan, Hasyim, SE dan anggota DPRD Kota Medan, Drs. Wong Chun Sen M.Pd.B menghadiri acara kebersamaan Bulan Purnama yang diadakan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Sumatera Utara (Sumut) di Wisma Benteng Restaurant Jalan Kapten Maulana Lubis, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, kemarin, malam.

Turut hadir Ketua Walubi Sumut, Brilian Moktar, Ketua Panitia WALUBI Sumut Iwan Hartono Alam, anggota DPRD Sumut Rudy Hermanto, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda.

Pada kesempatan ini, Hasyim memberikan apresiasi kepada Walubi Sumut atas terselenggaranya malam kebersamaan Bulan Purnama atau festival Kue Bulan (Moon Cake).

“Untuk seluruh warga Tionghoa khususnya yang ada di Kota Medan sangat berterimakasih kepada Walubi Sumatera Utara yang telah menggelar kegiatan ini sebagai upaya melestarikan budaya Tionghoa yang sudah ada ribuan tahun lalu yang tetap kita laksanakan setiap tahunnya. Namun, saat Covid-19 tahun kemarin kita tidak dapat merayakannya karena pandemi,” ujar Hasyim.

Hasyim menyebutkan, festival ini adalah bagian dari kebudayaan Tionghoa yang melambangkan cinta kasih dan juga memiliki filosofi yang mendalam.

“Festival kue bulan merupakan perayaan terbesar kedua bagi masyarakat Tionghoa, setelah tahun baru Imlek. Festival ini jatuh setiap tanggal 15 bulan ke-8 pada kalender tradisional China. Perayaan ini juga sering dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur. Biasanya, momen perayaan Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival ini digunakan sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga dan menikmati kue bulan bersama,” kata Hasyim Politisi dari Fraksi PDI Perjuangan DPRD Medan ini.

Senada dikatakan anggota DPRD Kota Medan, Drs. Wong Chun Sen saat dikonfirmasi dilokasi mengatakan, bahwa perayaan Kue bulan juga memiliki sejarah. “Pada acara perayaan festival ini, keberadaan kue bulan tentu sangat penting. Menurut legendanya, kue bulan menjadi persembahan bagi roh bulan, yakni permaisuri Chang’e yang diceritakan. Tapi, ada pula cerita yang menyebut bahwa kue bulan merupakan kue perjuangan. Beragam bentuk gambar di bagian atas kue ini menjadi pesan rahasia untuk menggulingkan kekuasan Mongol,” sebutnya.

Kalau di China, lanjut Wong yang juga mengucapkan, perayaan tersebut ditetapkan sebagai hari libur nasional. Momen ini biasanya dimanfaatkan oleh warga Tionghoa untuk pulang kampung demi bisa berkumpul bersama keluarga. Mereka akan saling berbagi kue bulan, makan malam bersama, dan menikmati bulan bersama-sama di momen perayaan tersebut.

“Festival ini memiliki nama yang berbeda dan festival yang berlangsung di pertengahan musim gugur ini tak hanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa. Orang Jepang juga turut merayakan dengan cara tsukimi atau melihat bulan. Sementara di Korea, mereka memperingatinya dengan berkunjung ke rumah para leluhur,” terang Wong yang juga politisi dari Frakai PDI Perjuangan DPRD Kota Medan. (Van)