Dr. Phil Ichwan Azhari, Ketua (PSH) Pusat Studi Humaniora Unimed |
DETEKSI.co – Medan, Setelah terlihat keseriusan dan kesungguhan Wali Kota Medan Muhammad Bobby Nasution dalam melakukan penataan kawasan kesawan heritage mendapat dukungan dan masukan dari Dr. Phil Ichwan Azhari selaku Ketua (PSH) Pusat Studi Humaniora Unimed. Azhari pun mendukung dan memberi beberapa masukan untuk Pemerintah Kota Medan agar penataan kawasan heritage berjalan dan memberikan hasil yang maksimal.
Lebih lanjut Ichwan mengatakan, ” prioritas utama adalah penataan bangunan bersejarah dengan berpegang pada undang- undang cagar budaya. Bangunan yang rusak dan terlantar diambil alih dan dikelola oleh pemerintah, kemudian dirawat dan difungsikan. Misalnya sebagai galeri sejarah atau museum, galeri seni, cafe tempat berbagai komunitas berkumpul sebagai ruang ekspresi. Semuanya dilakukan dengan latar bangunan heritage yang ada dan tersedia.
Kawasan Kesawan ini sudah sangat lama diterlantarkan dan dibiarkan rusak serta salah urus oleh Pemerintah Kota Medan sebagai warisan sejarah kota yang penting. Untuk itu, pembenahannya harus memperhatikan apa yang selama ini diabaikan Pemko Medan, misalnya pemberian bantuan perawatan bangunan bangunan tua yang tidak terawat di kawasan itu,” kata Ichwan di Medan, Rabu (28/4).
Selanjutnya Ichwan menyarankan, bangunan yang rusak dan kumuh diberi bantuan untuk direnovasi dan dicat atau dibuat mural dengan melibatkan seniman Kota Medan. Apalagi, sebelumnya di Jalan Perdana ada mural seni tiga dimensi ‘Becak Medan’ karya pelukis dunia yang diabaikan dan terlantar begitu saja. “Alangkah baiknya kalau itu dijadikan rujukan, dipromosikan dan dibuat lainnya yang menggambarkan berbagai ikon Kota Medan,” pungkasnya.
Sementara itu, seorang musisi yang sekaligus pemerhati Seni dan Budaya Nur Brother (40) kepada wartawan deteksi.co pada Kamis (29/4) di Jl Jemadi Medan Timur mengatakan, ” sebetulnya ada banyak katagori pengunjung khususnya untuk Kesawan City Walk, kalau kita selaku pengelola tentu kita menyamakan kemauan dan keinginan dari para pengunjung.
Seperti begini contohnya, ada yang suka lokasinya itu natural dan klasik, ada yang menginginkan adanya atribut kedaerahan yang di pakai para pelayan, ada fasilitas umum dan kenyamanan tempat. Itu tadi diluar dari konteks menu, yang mana kalau bicara soal menu untuk Kota Medan kita tidak ragu lagi.
Yang penting pengelola itu nantinya bisa mengakomodir kemauan pengunjung dan yang perlu diperhatikan harus menyesuaikan dengan keadaan pemulihan pandemi covid-19 dengan cara yang sopan dan elegant ” demikian penjelasanya. (Subiyono)