DETEKSI.co – Banda Aceh, Pengamat politik dan Kebijakan Publik yang juga merupakan akademisi Universitas Muhammadyah Aceh, Dr Taufiq A Rahim, meminta Pemerintah Kota Banda Aceh untuk menghentikan pembangunan Proyek Instalasi Pembuangan Limbah (IPAL) di kawasan Kampong Pande dan sekitarnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Taufiq A Rahim melalui rilis yang dikirimnya ke DETEKSI.co, Rabu (10/3/2021).
Permintaan yang disampaikan oleh Mantan Sekretaris Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Aceh tersebut bukanlah tanpa alasan. Karena menurut para ahli sejarah dan arkheologi di wilayah tersebut memiliki nilai sejarah dan peradaban Aceh Darussalam pada masa kejayaan ataupun keemasan di masa lalu.
“Berdasarkan bukti-bukti empirik ilmu pengetahuan dan kesejarahan, serta arkheologi, banyak makam para pendahulu Kerajaan Aceh Darussalam yang ditemukan di kawasan tersebut”, ungkap nya.
Menurut Taufiq, selain makam kerajaan, di kawasan tersebut juga pernah ditemukan benda-benda sejarah, uang koin, pedang dan lain sebagainya yang tertanam setelah proses berbagai peristiwa alam serta terakhir musibah dan bencana tsunami Aceh 26 Desember tahun 2004. Kini juga bermunculan berbagai temuan lainnya yang baru, sebagai bukti-bukti peradaban Aceh masa lalu.
“Meskipun Proyek IPAL tersebut strategis dan menguntungkan, tetapi alangkah bijaksananya sebagai Pemimpin Kota Sejarah Banda Aceh, Walikota mendengarkan protes serta ketidak setujuan tempat tersebut menjadi proyek pembuangan limbah, sampah dan tinja masyarakat”, harap nya.
“Pemko Banda Aceh bisa saja merubahnya menjadi objek wisata sejarah yang Islami, bersyari’at yang lebih beradab. Proyek IPAL dapat saja dialihkan ke tempat lain yang lebih luas dan bebas, banyak alternatif tempat lain dapat dilakukan”, jelas nya.
Taufiq juga mengatakan bahwa pemimpin Kota Banda Aceh mesti beradab dengan menghargai peradaban Aceh. Sehingga tidak memicu polemik ditengah masyarakat. Tapi jangan pula dimaknai masyararakat ingin berlebih-lebih terhadap makam masa lalu.
“Masyarakat hanya menghendaki permintaan yang sederhana agar Proyek IPAL dihentikan dan dicari alternatif lain,” katanya.
Selanjutnya Taufiq juga menjelaskan bahwa “Heterogenitas” masyarakat tetap kita hargai meskipun ada yang tidak terlalu mempersoalkan dan secara rasional menganggap peninggalan masa lalu tidak berlebihan, tetapi terkait dengan menghargai sejarah peradaban masa lalu juga sebagai bukti “pemimpin yang beradab” dan pemimpin yang menghargai aspirasi masyarakatnya.
Dengan berbagai pertimbangan dan menghargai peradaban dan keadaban dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan, budaya, politik dan ekonomi agar Banda Aceh tetap membangun secara kondusif serta bijaksana, agar masyarakat tetap menghargai dan menghormati pemimpinnya, maka sebaiknya proyek tersebut harus segera dihentikan.
“Sebaiknya Proyek IPAL di Gampong Pande dan sekitarnya harus segera dihentikan, dan dicari alternatif lain, sehingga polemik tidak semakin berkembang bahkan menjadi dilematis catatan buruk terhadap Pemimpin Banda Aceh bagi generasi yang akan datang,” tutupnya. (Rob’s)