DETEKSI.co-Medan, Pada kuartal pertama 2023, sejumlah indikator menunjukan adanya perlambatan konsumsi di wilayah Sumatera Utara (Sumut).
Hal ini berdasarkan hasil survey konsumen serta pedagang eceran, terjadi perlambatan di kuartal pertama tahun 2023, jika dibandingkan pada kuartal keempat tahun sebelumnya. Melemahnya belanja masyarakat Sumut ini menjadi awal kurang baiknya perekonomian di wilayah Sumut.
Dimana pada sejumlah konsumen menyatakan belum memililki persiapan khusus untuk menyambut bulan Ramadhan di bulan depan. Sementara sejumlah penyedia jasa makanan dan minuman mengalami penurunan orderan dibandingkan waktu sama saat menjelang ramadahan tahun lalu.
“Ada penurunan 40% hingga 80% jumlah nominal orderan dibandingkan tahun sebelumnya,” beber pengamat ekonomi Gunawan Benjamin (foto) dalam siaran tertulisnya yang diterima Deteksi.co, Selasa (21/2/2023).
Lanjut dia, dari hasil obervasi di lapangan, penurunan jumlah permintaan barang konsumsi ini memang tidak mewakili konsumsi masyarakat secara keseluruhan. Akan tetapi penurunan order makanan dan minuman menjadi indikasi adanya potensi penurunan belanja masyarakat menjelang Ramadhan nanti. Dan sejumlah masyarakat menengah juga menahan belanjanya sejauh ini.
Sementara itu, sejumlah masyarakat yang bekerja dengan waktu penuh juga mengalami penurunan keyakinan untuk berbelanja di masa yang akan datang. Ada beberapa pekerja menyatakan bahwa mereka yang bekerja dengan waktu penuh tidak mengalami penurunan gaji atau upah. Namun mereka kehilangan pendapatan lainnya yang diberikan perusahaan, imbuh dia
Seperti jam kerja tambahan atau lembur, insentif dan bonus, serta bentuk kompensasi lain yang belakangan dikurangi atau dihilangkan lewat kebijakan perusahaan. Sehingga indeks keyakinan konsumen dalam tren memburuk di kuartal pertama tahun ini, baik bila dibandingkan dengan kuartal keempat, maupun kuartal pertama tahun sebelumnya (2022).
Penurunan indeks keyakinan konsumen (perkiraan kuartal pertama di level 87.3), selain dipengaruhi oleh pendapatan yang tergerus inflasi, juga dipicu oleh hilangnya sejumlah pendapatan tambahan lain.
”Namun itu adalah gambaran terkini yang ada di masyarakat yang tercermin dari indeks kondisi ekonomi saat ini,” tambahnya.
Namun jika kita melihat dari sisi ekspektasinya, sejauh ini masyarakat juga memiliki ekspektasi yang rendah terkait dengan belanjanya di masa yang akan datang. Sekalipun ada bonus atau gaji ke 13 menjelang Idul Fitiri nanti, namun rencana belanja barang tahan lama (durable goods order) masyarakat sejauh ini menunjukan penurunan, dibandingkan dengan waktu yang sama tahun sebelumnya.
Perlambatan ekonomi yang tercermin dari belanja masyarakat yang menurun pada perekonomian Sumut sudah mulai terlihat. Daya beli masyarakat tengah mengalami tekanan. Saat ini, sektor swasta sulit diharapkan untuk diandalkan menopang daya beli masyarakat. Belanja pemerintah dan bantalan sosial yang diharapkan bisa menjadi andalan dalam menjaga daya beli, imbuhnya. (Ril/JB Rumapea)