DETEKSI.co – Tapteng, Tudingan bahwa banjir bandang dan longsor yang terjadi di Tapanuli Tengah (Tapteng) sebagian disebabkan aktivitas PT Tri Bahtera Srikandi (PT TBS) telah dibantah tegas oleh warga Kecamatan Sibabangun.
Menurut mereka, isu tersebut sangat menyesatkan dan tidak sesuai dengan fakta lapangan, dengan dugaan oknum tertentu sengaja menjadikan perusahaan sebagai kambing hitam.
Menurut Timbul Napitupulu (68), warga setempat, PT TBS mengelola kebun masyarakat yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Aek Hutagurgur dan Aek Mardugu – kedua sungai yang bermuara ke Sungai Aek Sibabangun, bukan ke Sungai Aek Garoga yang meluap dan menghanyutkan ribuan kubik kayu.
“Jika terjadi longsor, potongan kayu dari kebun PT TBS akan hanyut ke Sungai Aek Sibabangun, bukan ke Sungai Aek Garoga,” ujarnya.
Timbul menegaskan, aliran sungai di sekitar kebun PT TBS tidak terhubung dengan Sungai Aek Sibintuon, Aek Sibiobio, maupun Aek Garoga.
“Sungai Aek Garoga yang berasal dari Ring Kabor dan Bulu Laga di KM 28 sangat jauh di sebelah kanan jalan Teluk Nauli dan tidak pernah melintas di sekitar wilayah kebun PT TBS yang berada di KM 6 hingga KM 10,” tegas pria yang juga dikenal sebagai Raja Anggoli ini.
Ia menambahkan, mustahil kayu dari PT TBS “terbang” ke hulu sungai Garoga yang berjarak 4 hingga 5 kilometer di atas lokasi kebun.
Selain itu, Timbul juga meluruskan bahwa PT TBS tidak pernah membuka hutan atau merambah wilayah hutan, melainkan hanya membangun areal perkebunan warga.
Sementara itu, Khairul Efendi Pohan yang faham dengan kondisi hutan Batang Toru menyatakan, pengelolaan kebun rakyat oleh PT TBS berbasis pelestarian lingkungan dan praktik berkelanjutan.
Kayu yang ditumbang akan dibenam ke tanah sebagai penyangga jaringan tanah (staking) dan pupuk kompos organik. Bahkan, 50 hingga 100 meter pinggiran Sungai Aek Mardugu dan Aek Hutagurgur dijadikan hutan konservasi untuk melindungi sistem penyangga kehidupan dan keanekaragaman hayati.
“Kita menyakini, banjir dan longsor yang terjadi bukan disebabkan aktivitas PT TBS,” ucap Khairul yang diamini Saut Parulian Aritonang (61).
Terpisah, mantan Surveyor PT Teluk Nauli, Hasbin Pasaribu (45), membenarkan posisi kebun PT TBS di DAS Aek Mardugu dan Aek Hutagurgur yang tidak terhubung dengan Sungai Aek Garoga.
Berdasarkan survey yang sering ia lakukan, kebun yang berada di Desa Hutagurgur hanya menanam pohon karet dan tanaman perkebunan lainnya.
“Jikapun kebun PT TBS longsor, materialnya akan jatuh ke Sungai Aek Sibabangun. Tidak ada ditemukan material kayu di DAS Aek Sibabangun yang dapat dikaitkan dengan temuan di DAS Aek Garoga – saat banjir, Sungai Aek Sibabangun hanya keruh dan debetnya sedikit meninggi,” jelas Hasbin. (Jobbinson Purba)












