DETEKSI.co-Deli Serdang, Fenomena rentenir begitu kental di Desa Bulu Cina, Deli Serdang, Sumatera Utara. Banyak warga di sana terlilit utang kepada rentenir. Jerat rentenir ini ada hampir di semua dusun di sana. Fenomena ini bertolak belakang dengan sejarah Bulu Cina yang pernah menyumbang ratusan triliun rupiah dari komoditas Tembakau Deli yang legendaris.
“Akibat tak mampu membayar utang, terjadi sejumlah masalah seperti usaha tumpur, lari malam, jual diri, anak putus sekolah, hidup berpindah-pindah dan gadaikan barang berharga,” kata Dedy Hutajulu, penulis saat membedah Bukunya berjudul Bangun Ekonomi Sedulur yang digelar di Aula Kantor Desa Bulucina, baru-baru ini.
Beruntungnya, ada kelompok masyarakat di sana yang menyadari persoalan tersebut. Kelompol ini bernama KPMD (Komite Pemberdayaan Masyarakat Desa). KPMD kemudian berinovasi dengan mendirikan koperasi bernama Bangun Ekonomi Sedulur (BES). Koperasi yang awalnya bermodal sebesar 920 ribu rupiah, ini dalam enam tahun telah berhasil menghimpun 250 juta rupiah. Kini koperasi BES telah menyejahterakan 150 orang anggotanya.
Lebih jauh Dedy mengatakan, sejak awal KPMD menyadari, fenomena jerat rentenir terjadi dikarenakan masyarakat tidak memiliki akses terhadap pinjaman lunak. Sehingga, kehadiran rantenir awalnya dianggap sebagai penyelamat, padahal sesungguhnya itu adalah jebakan. Memberi pinjaman dengan bunga tinggi membuat masyarakat miskin kewalahan mengembalikan pinjamannya.
Koperasi BES yang didirikan pada tahun 2012 dibangun dengan semangat persaudaraan. Bahwa masyarakat di Bulu Cina satu padu ingin berjuang bersama membangun ekonomi saudara-saudara (sedulur) mereka yang terjerat kemiskinan. Mereka urun dana seribu rupiah per keluarga secara rutin untuk membantu keluarga sedulur. Uang hasil urunan ini yang awalnya hanya belasan ribu mereka gunakan sebagai modal awal mendirikan koperasi BES. Melalui koperasi BES, KPMD secara perlahan mampu membantu masyarakat yang terjerat kemiskinan.
Dalam enam tahun ini, upaya KPMD melalui Koperasi BES membuahkan hasil. Masyarakat yang awalnya terjerat utang ini, kata Dedy, mengalami perubahan-perubahan positif hingga akhirnya bisa terbebas dari utang-utangnya. Dampak dari kehadiran koperasi BES, jelas Dedy, kita bisa melihat, banyak dari masyakarakat anggota Koperasi BES yang mampu lepas dari jerat rentenir dan kini mereka bisa hidup mandiri secara ekonomi. Salah satunya, Bu Rubikem dengan usaha warung mi sopnya yang dibangun dengan pinjaman dari koperasi BES, atau Kasio, taipan furniture yang sempat terpuruk namun berkat kegigihan dan kerja kerasnya dibantu pinjaman lunak dari koperasi BES, akhirnya usaha mebelnya bangkit lagi. Dan masih banyak lagi.
Project Manajer GNI Medan Deli Serdang Anwar Suhut menyebut, jerat rentenir di Bulu Cina bukanlah mission imposible untuk ditangani. Masyarakat itu bisa terlepas dari jerat rentenir asalkan mereka bisa mendapatkan akses terhadap pinjaman lunak. “Akses itu yang harus diciptakan. Dan kemudian akses yang diberikan ke masyarakat tentu harus bisa dikelola dengan manajemen yang baik. Bagaimana menciptakan akses ekonomi dengan bunga rendah bagi masyarakat miskin, itulah yang dicetus oleh koperasi BES,” terang Anwar.
Lebih jauh Anwar mengatakan, hanya dengan modal urunan awal seribu rupiah di awal berdiri, kini koperasi ini telah menghimpun dana sedikitnya Rp 250 juta. Dan jumlah anggota aktif mencapai 150 orang. “Sebagai lembaga yang fokus mendampingi KPMD dan Koperasi BES sejak awal, hal inilah yang ingin kami pastikan, sehingga mereka memiliki kemampuan mengelola setiap sumber daya yang ada,” tambah Anwar.
Salman, Koordinator Bidang Program Desa dari Kementerian Desa merasa terinspirasi dengan kemampuan masyarakat Bulu Cina menghadapi persoalan-persoalan kemiskinan melalui Koperasi BES. Menurutnya, BES benar-benar koperasi yang memperjuangkan nasib masyarakat desa. Ia berharap, pemerintah desa Bulu Cina sebaiknya merangkul masyarakat-masyarakat yang berdaya seperti koperasi BES.
“Ke depan, ketika disoundingkan dengan pemerintah desa, harapannya, ada dukungan dari pemerintah, agar koperasi ini semakin berkembang dan manfaatnya semakin bisa dirasakan masyarakat luas,” harapnya.
Sementara itu, Inong, perwakilan Dinas Pertanian Deli Serdang memuji sepak terjang KPMD dan Koperasi BESnya. Inong tertarik dengan model perkoperasian BES yang sangat menjawab persoalan masyarakat. Karena itu, secara terbuka, ia mengajukan mendaftarkan dirinya beserta 16 kelompok tani bawahannya, yang terdiri dari 700 petani, untuk bergabung dengan koperasi BES. “Dan menurut saya, buku ini menarik dan enak dibaca,” puji Inong. (Ril)