Energi Terbarukan dan EBTKE, Presiden Jokowi: Kalkulasi yang Detail

Share on facebook
Share on twitter
Share on email
Share on whatsapp
Share on telegram
Presiden Jokowi memberikan sambutan pada pembukaan Indonesia EBTKE ConEx ke-10 tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/11/2021). (Foto: BPMI Sertpres/Lukas)
Presiden Jokowi memberikan sambutan pada pembukaan Indonesia EBTKE ConEx ke-10 tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/11/2021). (Foto: BPMI Sertpres/Lukas)

DETEKSI.co – Jakarta, Indonesia memiliki kekuatan dan potensi yang besar dalam sektor energi terbarukan. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menuturkan bahwa Indonesia memiliki 4.400 sungai yang besar maupun sedang yang dapat digunakan sebagai hydro power.

Hal tersebut disampaikan Presiden dalam sambutannya saat pembukaan Indonesia Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ConEx ke-10 tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/11/2021).

“Di Indonesia sendiri sebetulnya kita memiliki kekuatan yang sangat besar mengenai renewable energy ini, 418 Gigawatt, baik itu dari hydropower, geothermal, bayu, solar panel, biofuel, arus bawah laut, dan yang lain-lainnya,” ujar Presiden.

Namun, potensi tersebut juga harus diikuti dengan skenario yang baik untuk masuk ke transisi energi. Menurut Presiden, perlu dipersiapkan peta jalan yang jelas seperti pendanaan maupun investasi. “Pertanyaannya, skenarionya seperti apa sekarang kita? Itu yang saya tugaskan kepada Pak Menko Maritim dan Investasi dan juga pada Pak Menteri ESDM, plus Menteri BUMN. Yang konkret-konkret saja, tapi kalkulasinya yang riil, ada itung-itungan angkanya yang riil,” lanjutnya.

Kepala Negara menjelaskan, dari 4.400 sungai besar maupun sedang yang dimiliki Indonesia, ia memutuskan untuk mencoba mengembangkan energi tersebut dari dua sungai dahulu, yaitu Sungai Kayan dan Sungai Mamberamo. “Sungai Kayan sudah dihitung kira-kira bisa 13.000 Megawatt, Mamberamo bisa kira-kira 24.000 Megawatt,” jelas Kepala Negara.

Presiden pun meminta untuk memberi masukan kepada pemerintah agar skenario transisi energi dapat berjalan. Namun, Presiden mengingatkan agar perhitungan dilakukan secara detail. Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengatakan bahwa transisi energi akan dibawa ke dalam pembahasan pada G20 tahun depan di Bali.

Kepala Negara berharap dalam G20 nanti pembahasan mengenai skenario transisi energi dapat dibahas secara lebih jelas. “Sekali lagi saya minta masukan dan kalkulasi yang detail, angka-angka kenaikannya berapa, gap yang harus dibayar berapa untuk Indonesia saja, kalau ketemu kemudian syukur bisa dirumuskan, “Pak ini dari jurus ini bisa diselesaikan” “Dari sisi ini bisa diselesaikan” itu yang kita harapkan kalau ketemu saya bisa sampaikan nanti di G20 di Bali tahun depan,” tandasnya.

Turut hadir dalam acara tersebut yaitu Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, dan Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Surya Darma. (TGH/AIT/UN)